ASKEP LEUKIMIA LIMFOSIT KRONIS
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Leukimia limfosit kronik merupakan kelainan ringan mengenai individu usia
50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit
baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. . Leukemia
tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel
muda (Tejawinata, 1996).
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar
limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan
pembesaran kelenjar getah bening.
Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah jenis kanker darah dan sumsum
tulang – jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat. Pengertian
Kronis dalam leukemia limfositik kronis berasal dari kenyataan bahwa biasanya
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan jenis leukemia lainnya . Istilah
“limfositik” pada leukemia limfositik kronis berasal dari sel-sel yang terkena
penyakit – sekelompok sel darah putih yang disebut limfosit, yang membantu
memerangi infeksi tubuh Anda.
B.
Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum
jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara
lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X,
sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi
(virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan
kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau
kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja,
prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti
benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat
karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada
kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika
penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke
dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur
antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari
berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan
istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga
sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
C.
Patofisiologi
Leukemia
merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan
karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang.
Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang
bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah
yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus
diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari
sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah
leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel
yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang
dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler
diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi
untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
Ketika
leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia
limfositik. Pada
awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah
bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.Masuknya
limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal,
sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di
dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan
dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang
normal.
PATHWAY
Virus, bahan kimia, obat
|
Mempengaruhi sumsum tulang
belakang
|
Kerusakan sumsum tulang
belakang
|
Leukemia mempengaruhi sel
limfosit
|
Anemia
|
Kadar Hb menurun
|
Tubuh kekurangan O2
|
Tidak
mampu memasukan dan mencerna makanan
|
Penurunan leukosit
|
Daya tahan tubuh menurun
|
Trombosit menurun
|
Terjadi perdarahan
|
RESIKO INFEKSI
|
KTIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
|
Epistaxis, petekia
|
KURANG
PENGETAHUAN
|
HIPERTERMI
|
Kelemahan fisik
|
INTOLERANSI
AKTIVITAS
|
Limfosit matang yang ganas di
kelenjar getah bening
|
Penyebaran limfosit ke hati
dan limpa
|
Pembesaran hati dan limpa
|
Distensi abdomen
|
Kurang terpajannya informasi
|
NYERIAKUT
|
Limfosit masuk BM
|
Pergeseran sel-sel normal
|
Leukemia limfosit
|
Leukemia
|
Ploriferasi sel pembuat darah
bersifat sistemik
|
D.
Gejala
klinis
1.
Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah
merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah.
Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit,
jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2.
Suhu
tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan
leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang
berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara
optimal.
3.
Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat
dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau
perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4.
Penurunan
kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi
sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5.
Penurunan
nafsu makan
6.
Kelemahan
dan kelelahan fisik
.
E.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan
darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis yang
kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast
(menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia).
Pemeriksaan
sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Pemeriksaan
biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES, granulosit, pulp
cell.
70
– 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan kelainan kromosom
yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).
50
– 70% dari pasien Leukemia Mielogenus
Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:
1. Kelainan jumlah kromosom seperti
diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
2. Kariotip yang pseudodiploid pada
kasus dengan jumlah kromosom yang diploid (2n+a)
3. Bertambah atau hilangnya bagian
kromosom (partial depletion)
4. Terdapat marker kromosom yaitu
elemen yang secara morfologis bukan merupakan kromosom normal, dari bentuk yang
sangat besar sampai yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus
diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari
hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast.
Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop
elektron akan terlihat adanya sel patologis
F.
Penatalaksanaan
1. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan
untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan
tindakan:
1)
Tranfusi
sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
2)
Pemberian
antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi
sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan
masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
1)
Induksi
untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
2)
Intensifikasi,
yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
3)
Mencegah
penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4)
Terapi
rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
2.
fase Pelaksanaan Kemoterapi:
a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa
ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin,
dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda
kuurang dari 5%.
b. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan
dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
G.
Prognosis
Sebagian besar LLK berkembang secara
perlahan. Prognosisnya ditentukan oleh stadium penyakit.
Penentuan stadium berdasarkan kepada
beberapa faktor, seperti:
1. jumlah limfosit di dalam darah dan
sumsum tulang
2. ukuran hati dan limpa
3. ada atau tidak adanya anemia
4. jumlah trombosit.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Anamnesa
a. Identitas.
b. Keluhan utama.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
d. Riwayat kesehatan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
2.
Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan
Tanda :
kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala :
penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing,
kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g.
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
h.
Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i.
Keamanan
Gejala :
riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan
spontan,
tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura,
pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.
B.
DIAGNOSA
1. Hipertermi
berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh
meningkat
2. Nyeri
akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukan
dan mencerna makanan ditandai dengan pasien tidak mampu mengunyah dan menelan
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen ditandai dengan pasien
tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu.
5. Resiko
infeksi berhubungan dengan penurunan leukosit yang menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh
6.
Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti
instruksi/pencegahan komplikasi.
C.
INTERVENSI
1.
DX 1: Hipertermi
berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh
meningkat
Tujuan dan criteria hasil: Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3x
24 jam diharapkan suhu tubuh pasien normal dengan criteria hasil
-
Suhu tubuh antara (36 – 37)0C
Intervensi
:
a. Kaji
suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh,
memudahkan intervensi
b. Beri
kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas
secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
c. Berikan/anjurkan
pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
Rasional
: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan
tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e. Observasi
intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali
atau sesuai indikasi.
Rasionla
: Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien
2. DX 2
: Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien
meringis
Tujuan
dan criteria hasil : setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang/hilang dengan kriteria hasil:
-
Klien
melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)
-
Klien
mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
Intervensi
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi,
durasi dan intensitas
Rasional : Memberikan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
Rasional : Untuk mengetahui terapi
yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi
c. Ajarkan tenik ROM
Rasional : Untuk melancarkan
peredaran darah sehingga nyeri berkurang
d.
Berikan
pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV
Rasional
: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
3.
DX
3
: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adanya pengangkut nutrisi ke sel ditandai dengan pasien terlihat lemas
Tujuan
dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil:
-Pasien
tidak lemas
-Tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
-
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi
:
a. Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional
: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi
dan catat masukan makanan pasien
Rasional
: Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang
BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional
: Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan
makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional
: Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan
dan Bantu oral hygiene.
Rasional
: Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
4. DX 4
: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen ditandai dengan pasien tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu.
Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan aktivitas terlaksana dengan criteria
hasil : -ADL mandiri
Intervensi :
a. Kaji tingkat
kebutuhan pemenuhan ADL klien.
Rasionalisasi :
mengetahui tingkat kebutuhan ADL klien.
b. Bantu pasien dalam memenuhi
aktivitasnya
Rasional : memudahkan pasien
melakukan ADL
c. HE pentingnya istirahat total untuk
kesembuhan
Rasional : memberi
pengetahuan kepada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas ADL
d. Mobilisasi secara bertahap bila
keadaan sudah memungkinkan/bebas panas 3 hari
Rasional : melatih pemenuhan ADL
secara mandiri
5. DX 5
: Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan leukosit yang menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh
Tujuan
dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan pasien dapat mencegah/menurunkan
resiko infeksi dengan criteria hasil:
-Pasien menunjukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan keamanan linkungan untuk meningkatkan penyembuhan
Intervensi
a. Tempatkan
pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : melindungi
dari sumber potensial pathogen/infeksi
b. Berikan
protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan pengunjung.
Rasional : mencegah
kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi.
c. Awasi
suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.
Rasional : hipertermia
lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi, dan demam (tak berhubungan dengan
obat atau produk darah) terjadi pada kebanyakan pasien leukemia. C
d. Cegah
menggigil: tingkatkan cairan.
Rasional : membantu
menurunkan demam, yang menambah ketidakseimbangan cairan, ketidaknyamanan, dan
komplikasi SSP.
e. Dorong
sering mengubah posisi, nafas dalam, batuk.
Rasional :mencegah
stasis secret pernafasan, menurunkan resiko atelektasis/pneumonia.
f. Auskultasi
bunyi napas, perhatikan gemericik, ronki : inspeksi sekresi terhadap perubahan
karakteristik, contoh peningkatan produksi sputum atau sputum kental, urine bau
busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.
Rasional : intervensi
dini penting untuk mencegah sepsis/septisemia pada individu imunosupresi.
g. Inpeksi
kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus: luka terbuka. Bersihkan kulit
dengan larutan antibacterial.
Rasional :
mengindikasikan infeksi local, catatan : luka terbuka dapat tidak menghasilkan
pus karena insufisiensi jumlah granulosit.
h. Inpeksi
membrane mukosa mulut. Berikan bersihkan mulut baik. Gunakan sikat gigi halus
untuk perawatan mulut sering.
Rasional : rongga mulut
adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisma.
6. DX 6
: Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan
komplikasi.
Tujuan
dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien mengetahui informasi tentang penyakitnya dengan criteria
hasil:
- melakukan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi
:
a. Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
b. Berikan
penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional
: dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan
klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya
Rasional
: diet dan pola makan yang tepat membantu proses kesembuhan
d. Anjurkan
klien dan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi
anggota keluarga yang sakit.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting,
berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan
perasaan nyaman/rileks klien sakit.
e. Minta
klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien
dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.
D.
IMPLEMENTASI
SESUAI DENGAN INTERVENSI
E.
EVALUASI
1. DX
1: - Suhu tubuh antara (36 – 37)0C
2. DX
2: -Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)
-Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
3.
DX 3:
-Pasien tidak lemas
-Tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
-
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
4. DX
4: -ADL mandiri
5. DX
5: -Pasien menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan
linkungan untuk meningkatkan penyembuhan
6.
DX 6:
- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
-
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
vol.2.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito-moyet,Lynda Juall,2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges,Marilyn.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Santosa,Budi,2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Prima
Medika.
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anak-dengan-leukemia/. Browsing tanggal 1 september 2012
Komentar
Posting Komentar