ASKEP IMA
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
- ETIOLOGI (kasuari, 2002)
1. Suplai
oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor
pembuluh darah :
1)
Aterosklerosis.
2)
Spasme
3)
Arteritis
b)
Faktor sirkulasi :
1)
Hipotensi
2)
Stenosos aurta
3)
Insufisiensi
c)
Faktor darah :
1)
Anemia
2)
Hipoksemia
3)
polisitemia
2.
Curah jantung yang meningkat :
a.
Aktifitas berlebihan
b.
Emosi
c.
Makan terlalu banyak
d.
Hypertiroidisme
3.
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a.
Kerusakan miocard
b.
Hypertropimiocard
c.
Hypertensi diastolic
- Faktor predisposisi
1.
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a.
Usia lebih dari 40 tahun
b.
Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan
pada wanita meningkat setelah menopause
c.
Hereditas
d.
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2.
Faktor resiko yang dapat diubah :
a.
Mayor :
1)
Hiperlipidemia
2)
Hipertensi
3)
Merokok
4)
Diabetes
5)
Obesitas
6)
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b.
Minor:
1)
Inaktifitas fisik
2)
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif).
3)
Stress psikologis berlebihan.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a.
Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b.
Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai
nyeri tidak tertahankan lagi.
c.
Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk
yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan
kiri).
d.
Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah
kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e.
Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f.
Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g.
Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami
nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.
Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
a.
CPK-MB/CPK : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b.
LDH/HBDH: Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c.
AST/SGOT: Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3.
EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya
gelombang T tinggi dan simetris. Setelah
ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya
gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0= tidak mengalami nyeri
1= nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2= nyeri lebih pada satu tempat dan
mengakibatkan terganggunya aktifitas, mislnya kesulitan bangun dari tempat
tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.
PATHWAYS
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
EKG: Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST
depresi, Q. patologis, menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
2.
Laboratorium
a.
Enzim Jantung: CPKMB, LDH, AST
b.
Elektrolit: Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
c.
Sel darah putih: Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya
tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
d.
Kecepatan sedimentasi: Meningkat pada ke-2 dan ke-3
setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
e.
GDA: Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit
paru akut atau kronis.
f.
Kolesterol atau Trigliserida serum: Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
3.
Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
a.
Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misal
lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
b.
Pencitraan darah jantung (MUGA): Mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi
ejeksi (aliran darah)
c.
Angiografi koroner: Menggambarkan penyempitan atau
sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
d.
Digital subtraksion angiografi (PSA) Nuklear Magnetic
Resonance (NMR): Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau
katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
e.
Tes stress olah raga: Menentukan respon kardiovaskuler
terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium
pada fase penyembuhan.
F.
PENATALAKSANAAN DAN THERAPY
1.
Rawat ICCU, puasa 8 jam
2.
Tirah baring, posisi semi fowler.
3.
Monitor EKG
4.
Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5.
Oksigen 2 – 4
lt/menit
6.
Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7.
Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8.
Bowel care :
laksadin
9.
Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse
10.
Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11.
Psikoterapi untuk mengurangi cemas
- ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a. Airways
1)
Sumbatan atau penumpukan secret
2)
Wheezing atau krekles
b.
Breathing
1)
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2)
RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3)
Ronchi, krekles
4)
Ekspansi dada tidak penuh
5)
Penggunaan otot bantu
6)
dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal
7)
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
8)
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
9)
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan nafas sesak /
kuat pucat, sianosis bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
c.
Circulation
1)
Nadi lemah , tidak teratur
2)
Takikardi
3)
TD meningkat / menurun
4)
Edema
5)
Gelisah
6)
Akral dingin
7)
Kulit pucat, sianosis
8)
Output urine menurun
d.
Aktifitas
1)
Tanda
a)
Takikardi
b)
Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2)
Gejala :
a)
Kelemahan
b)
Kelelahan
c)
Tidak dapat tidur
d)
Pola hidup menetap
e)
Jadwal olah raga tidak teratur
e.
Sirkulasi
1)
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
2)
Tanda :
a)
Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun. Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b)
Nadi: Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah /
kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c)
Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra: S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
d)
Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot jantung
e)
Friksi: dicurigai Perikarditis
f)
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g)
Edema: Distensi vena juguler, edema dependent ,
perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
h)
Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir
f.
Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting
atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal,
cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri
sendiri, koma nyeri
g.
Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus
menurun.
h.
Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia,
bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit,
kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
i.
Hygiene: Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas
perawatan
j.
Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
k.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
-
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
-
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
-
Kualitas : “Crushing
”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .
-
Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
-
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca
operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
l.
Interkasi social
Gejala : Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang. Respon terlalu emosi ( marah
terus-menerus, takut ). Menarik diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
1)
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
2)
wajah meringis
3)
gelisah
4)
delirium
5)
perubahan nadi, tekanan darah.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
1)
Daerah perifer dingin
2)
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead
tertentu
3)
RR lebih dari 24 x/ menit
4)
Kapiler refill Lebih dari 3 detik
5)
Nyeri dada
6)
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung &
kongestif paru ( tidak selalu )
7)
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan :
pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi <
80 mmHg
8)
Nadi lebih dari 100 x/ menit
9)
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST,
LDL/HDL
- Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
- Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
1)
Dispnea berat
2)
Gelisah
3)
Sianosis
4)
perubahan GDA
5)
hipoksemia
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
- Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :nyeri dada dengan / tanpa penyebaran, wajah meringis, gelisah, delirium, perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
1)
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau
dari 2 ke 1
2)
ekpresi wajah
rileks / tenang, tak tegang
3)
tidak gelisah
4)
nadi 60-100 x / menit,
5)
TD 120/ 80 mmHg
Intervensi
:
1)
Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan
perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
2)
Anjurkan pada klien
menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
3)
Bantu klien
melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi,
visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
4)
Pertahankan Olsigenasi
dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
5)
Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah )
tiap dua jam.
6)
Kolaborasi
dengan tim kesehatan dalam
pemberian analgetik.
b.
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
Tujuan : Curah
jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
1)
Tidak ada edema
2)
Tidak ada disritmia
3)
Haluaran urin normal
4)
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Pertahankan tirah baring selama fase akut
2)
Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP,
TD
3)
Monitor haluaran urin
4)
Kaji dan pantau TTV tiap jam
5)
Kaji dan pantau EKG tiap hari
6)
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
7)
Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai
indikasi
8)
Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai
advis
9)
Berikan makanan sesuai diitnya
10)
Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
c.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik,
kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri
koronaria ditandai dengan : Daerah perifer dingin, EKG elevasi segmen ST &
Q patologis pada lead tertentu, RR lebih dari 24 x/ menit, Kapiler refill Lebih
dari 3 detik, Nyeri dada, Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung &
kongestif paru ( tidak selalu ), HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD
dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg, Nadi lebih dari 100 x/ menit, Terjadi peningkatan enzim
jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :Gangguan perfusi
jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di
RS.
Kriteria Hasil:
1)
Daerah perifer hangat
2)
tak sianosis
3)
gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
4)
RR 16-24 x/ menit
5)
tak terdapat clubbing finger
6)
kapiler refill 3-5 detik
7)
nadi 60-100x / menit
8)
TD 120/80 mmHg
Intervensi :
1)
Monitor Frekuensi dan irama jantung
2)
Observasi perubahan
status mental
3)
Observasi warna
dan suhu kulit / membran mukosa
4)
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
5)
Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
6)
Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis
EKG, elektrolit , GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2
). Dan Pemberian oksigen
d.
Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler
berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air
, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS
Kriteria Hasil :
1)
tekanan darah dalam batas normal
2)
tak ada distensi
vena perifer/ vena dan edema
dependen
3)
paru bersih
4)
berat badan
ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
1)
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran,
sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
2)
Observasi adanya oedema dependen
3)
Timbang BB tiap hari
4)
Pertahankan masukan
total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
5)
Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium,
berikan diuetik.
e.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan
nafas/ alveolar edema paru/efusi,
sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan : Dispnea berat, Gelisah,
Sianosis, perubahan GDA, hipoksemia
Tujuan : Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2
< 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
1)
Tidak sesak nafas
2)
tidak gelisah
3)
GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg,
pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
1)
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan
otot Bantu pernafasan
2)
Auskultasi paru untuk
mengetahui penurunan / tidak adanya
bunyi nafas dan adanya bunyi
tambahan misal krakles, ronki dll.
3)
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan
jalan nafas misalnya, batuk, penghisapan
lendir dll.
4)
Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan /
toleransi pasien
5)
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja
atau tanda vital berubah.
f.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan
miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam
aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan: Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
1)
klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan
klien
2)
frekuensi jantung
60-100 x/ menit
3)
TD 120-80 mmHg
Intervensi :
1)
Catat frekuensi
jantung, irama, dan perubahan TD
selama dan sesudah aktifitas
2)
Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
3)
Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
4)
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh
bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1
jam setelah mkan.
5)
Kaji ulang tanda
gangguan yang menunjukan tidak toleran
terhadap aktifitas atau memerlukan
pelaporan pada dokter.
g.
Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap
integritas biologis
Tujuan : cemas hilang / berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
1)
Klien tampak rileks
2)
Klien dapat beristirahat
3)
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap
ansietas
2)
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3)
Ajarkan tehnik relaksasi
4)
Minimalkan rangsang yang membuat stress
5)
Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan
peralatan
6)
Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien
berbincang-bincang dengan suasana tenang
7)
Berikan support mental
8)
Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
h.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan
pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi
penyakitnya menguat setelah
diberi pendidikan kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
1)
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana
pengobatan, tujuan pengobatan & efek
samping / reaksi merugikan
2)
Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian
cepat.
Intervensi :
1)
Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi,
contoh buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
2)
Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan
rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan,
3)
Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
4)
Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap
contoh : jalan, kerja, soaialisasi.
4.
Implementasi: Dilaksanakan sesuai intervensi.
5.
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan,
Jakarta, EGC, 2002
2.
Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan
Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang
PSIK Magelang, 2002
3.
Heni Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler,
Edisi Pertama Jakarta, Bidang Diklat
Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002
Komentar
Posting Komentar