ASKEP IMA
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Infark Miokard
Akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju.
Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalh 30% dengan lebih dari separuh
kematian pasien sebelum mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun
sebesar 30% selama 2 dekade terakhir, sekitar 1 dari 25 pasien yang tetap hidup
pada perawatan awal, meninggal pada tahun pertama perawatan setelah IMA.
Perkembangan
kasus akan IMA yang kian meningkat menjadikan IMA salah satu penyakit yang
membutuhkan perhatian khusus terhadap proses pembelajaran mahasisiwa maka dari
itu pengetahuanatau ilmu tentang IMA harus di dapat mahasiswa sehingga ilmu
yang didapat bisa diaplikasi dengan cepat dan tepat di lapangan.
- RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Infark Miokard Acut (IMA)?
2. Apa saja etiologi dari Infark Miokard Acut?
3. Apa saja faktor predisposisi dari Infark Miokard Acut?
4. Apa saja tanda dan gejala Infark Miokard Acut?
5. Bagaimana patologi dan patofisiologi dari Infark Miokard Akut?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Infark Miokard Acut?
7. Apa saja dan bagaimana dari penatalaksanaan dan therapy dari IMA?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari IMA?
- TUJUAN
1. Untuk mengetahuai apa itu Infark Miokard Acut (IMA).
2. Untuk mengetahuai apa saja etiologi dari Infark Miokard Acut.
3. Untuk mengetahuai apa saja faktor predisposisi dari Infark Miokard Acut.
4. Untuk mengetahuai apa saja tanda dan gejala Infark Miokard Acut.
5. Untuk mengetahui bagaimana patologi dan patofisiologi IMA.
6. Untuk mengetahuai apa saja pemeriksaan penunjang dari Infark Miokard Acut.
7. Untuk mengetahuai apa saja dan bagaimana dari penatalaksanaan dan therapy dari Infark Miokard Acut.
8. Untuk mengetahuai bagaimana asuhan keperawatan dari Infark Miokard Acut.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
- ETIOLOGI (kasuari, 2002)
1. Suplai
oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor
pembuluh darah :
1)
Aterosklerosis.
2)
Spasme
3)
Arteritis
b)
Faktor sirkulasi :
1)
Hipotensi
2)
Stenosos aurta
3)
Insufisiensi
c)
Faktor darah :
1)
Anemia
2)
Hipoksemia
3)
polisitemia
2.
Curah jantung yang meningkat :
a.
Aktifitas berlebihan
b.
Emosi
c.
Makan terlalu banyak
d.
Hypertiroidisme
3.
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a.
Kerusakan miocard
b.
Hypertropimiocard
c.
Hypertensi diastolic
- Faktor predisposisi
1.
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a.
Usia lebih dari 40 tahun
b.
Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan
pada wanita meningkat setelah menopause
c.
Hereditas
d.
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2.
Faktor resiko yang dapat diubah :
a.
Mayor :
1)
Hiperlipidemia
2)
Hipertensi
3)
Merokok
4)
Diabetes
5)
Obesitas
6)
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b.
Minor:
1)
Inaktifitas fisik
2)
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif).
3)
Stress psikologis berlebihan.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard adalah :
1. Nyeri :
a.
Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b.
Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai
nyeri tidak tertahankan lagi.
c.
Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk
yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan
kiri).
d.
Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah
kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e.
Nyeri dapat menjalar ke arah rahang, tangan dan leher.
f.
Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g.
Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami
nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.
Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
a.
CPK-MB/CPK : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b.
LDH/HBDH: Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c.
AST/SGOT: Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3.
EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya
gelombang T tinggi dan simetris. Setelah
ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya
gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0= tidak mengalami nyeri
1= nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2= nyeri lebih pada satu tempat dan
mengakibatkan terganggunya aktifitas, mislnya kesulitan bangun dari tempat
tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.
- PATOLOGIS DAN PATOFISIOLOGI
1.
PATOLOGI
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris
pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat
penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak
aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri
koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
2.
Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah
komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat
penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan
volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium
kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja
disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan
bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi
dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak
akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan
sudah fibrotic.
Bila infark kecil dan miokard yang harus
berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya
bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat
iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan
gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta
ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark
maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel
yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis.
Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal
ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.
Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau
infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,
regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi
terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini
disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap
terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus
parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan
peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan
fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
PATHWAYS
|
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
EKG: Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST
depresi, Q. patologis, menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
2.
Laboratorium
a.
Enzim Jantung: CPKMB, LDH, AST
b.
Elektrolit: Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
c.
Sel darah putih: Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya
tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
d.
Kecepatan sedimentasi: Meningkat pada ke-2 dan ke-3
setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
e.
GDA: Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit
paru akut atau kronis.
f.
Kolesterol atau Trigliserida serum: Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
3.
Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
a.
Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misal
lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
b.
Pencitraan darah jantung (MUGA): Mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi
ejeksi (aliran darah)
c.
Angiografi koroner: Menggambarkan penyempitan atau
sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
d.
Digital subtraksion angiografi (PSA) Nuklear Magnetic
Resonance (NMR): Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau
katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
e.
Tes stress olah raga: Menentukan respon kardiovaskuler
terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium
pada fase penyembuhan.
G.
PENATALAKSANAAN DAN THERAPY
1.
Rawat ICCU, puasa 8 jam
2.
Tirah baring, posisi semi fowler.
3.
Monitor EKG
4.
Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5.
Oksigen 2 – 4
lt/menit
6.
Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7.
Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8.
Bowel care :
laksadin
9.
Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse
10.
Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11.
Psikoterapi untuk mengurangi cemas
- ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakuakan melalui
teknik anamnesis dan pengkajian fisik
a. Airways
1)
Sumbatan atau penumpukan secret
2)
Wheezing atau krekles
b.
Breathing
1)
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2)
RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3)
Ronchi, krekles
4)
Ekspansi dada tidak penuh
5)
Penggunaan otot bantu
6)
Dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal
7)
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
8)
Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
9)
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan nafas sesak /
kuat pucat, sianosis bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
c.
Circulation
1)
Nadi lemah , tidak teratur
2)
Takikardi
3)
TD meningkat / menurun
4)
Edema
5)
Gelisah
6)
Akral dingin
7)
Kulit pucat, sianosis
8)
Output urine menurun
d.
Aktifitas
1)
Tanda
a)
Takikardi
b)
Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2)
Gejala :
a)
Kelemahan
b)
Kelelahan
c)
Tidak dapat tidur
d)
Pola hidup menetap
e)
Jadwal olah raga tidak teratur
e.
Sirkulasi
1)
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
2)
Tanda :
a)
Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun. Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b)
Nadi: Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah /
kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c)
Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra: S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
d)
Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot jantung
e)
Friksi: dicurigai Perikarditis
f)
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g)
Edema: Distensi vena juguler, edema dependent ,
perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
h)
Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir
f.
Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting
atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal,
cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri
sendiri, koma nyeri
g.
Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus
menurun.
h.
Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia,
bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit,
kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
i.
Hygiene: Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas
perawatan
j.
Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
k.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
-
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
-
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
-
Kualitas : “Crushing
”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .
-
Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
-
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca
operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
l.
Interkasi social
Gejala : Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang. Respon terlalu emosi ( marah
terus-menerus, takut ). Menarik diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
1)
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
2)
wajah meringis
3)
gelisah
4)
delirium
5)
perubahan nadi, tekanan darah.
- Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
1)
Dispnea berat
2)
Gelisah
3)
Sianosis
4)
perubahan GDA
5)
hipoksemia
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
- Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis ditandai dengan gelisah, mengekspresikan kekhawatiran dengan verbal, bingung.
- Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard ditandai dengan perubahan frekuensi jantung, perubahan irama, perubahan afterload dan atau perubahan preload, serta perubahan kontraktilitas.
- Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
1)
Daerah perifer dingin
2)
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead
tertentu
3)
RR lebih dari 24 x/ menit
4)
Kapiler refill Lebih dari 3 detik
5)
Nyeri dada
6)
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung dan
kongestif paru ( tidak selalu )
7)
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan :
pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi <
80 mmHg
8)
Nadi lebih dari 100 x/ menit
9)
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST,
LDL/HDL
- Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma ditandai dengan perubahan tekanan darah, penurunan Hb, bunyi jantung S, distensi vena jugularis, dispnea.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
3. Intervensi
Adapun rencana tindakan yang akan diberikan pada
pasien infark miocard akut adalah (Doenges, M.E., 2000 ; Carpenito, L.J., 2000)
a.
Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot
sekunder terhadap kelaianan viseral jantung
Rencana Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol
Intervensi :
1)
Observasi dan catat lokasi, beratnya(skala 0-10) dan
karakter nyeri (menetap, timbul)
Rasional : Membentu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi
tentang kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan keefektipan
intervensi
2)
Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman (posisi
semi fowler)
Rasional : Tirah bering pada posisi semi fowler menurunkan tekanan intra
abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara
alamiah
3)
Dorong tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat
meningkatkan koping
4)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan anti angina
Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner,
yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokard.
b.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplai oksigen akibat disfungsi miokard.
Rencana tujuan : Pertukaran gas pasien efektif
Intervensi :
1)
Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
Rasional : Penekanan pernafasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari
penggunaan analgetik berlebihan
2)
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelum dapat
menunjukkan kolaps segmen paru
3)
Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, atau posisi
miring
Rasional : Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran aspirasi.
4)
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau
masker sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia
dan juga mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemia jantung
5)
Observasi vital sign, terutana respirasi
Rasional : Peningkatan respirasi merupakan tanda adanya gangguan pola
nafas
c.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan penurunan sistem transpor oksigen terhadap Infark Miocard
Rencana tujuan : terjadinya peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1)
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
Rasional : Mempengaruhi intervensi atau bantuan
2)
Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh
dan menurunka regangan jantung dan paru-paru
3)
Berikan bantuan dalam kativitas bila perlu
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri
4)
Gunakan tehnik penghematan energi, misalnya: mandi
dengan duduk
Rasional : Mendorong pasien melakakan kegiatan dengan membatasi
penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
d.
Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan
kesehatan dan status ekonomi
Rencana tujuan : ansietas berkurang atau teratasi intervensi
Intervensi :
1)
Berikan informasi tentang Infark Miokard Akut (IMA)
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat.
2)
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan dapat menurunkan
ansietas.
3)
Jelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan.
Rasioanal : Kekawatiran yang tidak diungkapkan dapt memperkuat ansietasn
pasien.
e.
Resiko tinggi terhadap penuruna curah jantung
berhubungan dengan penurunan preload / peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
Rencana tujuan : Curah jantung dalm rentan normal intervensi
Intervensi :
1)
Pantau TD ukur pada kedua lengan, gunakan ukuran menset
yang tepat dan tehnik yang akurat.
2)
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler
3)
Catat keberadaan kualitas denyut setral dan perifer
Rasional : Denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dari
vasokontriksi
4)
Auskultasi bunyi jantung dan bunyi nafas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium
5)
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas
keributan lingkungan
Rasional : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan
relaksasi
6)
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah
Rasional : Dengan adanya reaksi lain dapat mempermudah pemberian terapi
f.
Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan atau penghentian aliran darah
Rencana tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat
Intervensi :
1)
Awasi tanda vital, kaji pengisian
kapiler, warna kulit atau membran mukosa, dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
2)
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan tempat
tidur
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan maksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan sekunder.
3)
Lihat pucat, sianosis belang, kulit dingin / lembab,
catat kekuatan nadi perifer
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah
jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penuruna nadi
4)
Pantau pernafasan catat kerja pernafasan
Rasional : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan
5)
Awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau
respon terhadap terapi
g.
Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan perfusi organ (ginjal)
Rencana tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi :
1)
Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels
Rasional : Dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi
jantung.
2)
Catat Dekompensasi Vena Jugularis (DVJ) adanya edeman
dependen.
Rasional : Dicurigai adanya gagal kongestif.
3)
Ukur masukan atau haluaran, catat penurunan
pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung kesimbangan cairan.
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal
4)
Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan gangguan
keseimbangan cairan
5)
Kolaborasi dalam pemberian diuretic
Rasional : Memperbaiki kelebihan cairan
h.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang fungsi jantung/ implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan
datang
Rencana tujuan : Menyatakan pemahaman penyakit jantung sendiri, rencana
pengobatan, tujuan pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan
Intervensi :
1)
Kaji tingkat pengetahuan pasien / orang terdekat
2)
Rasional : Mengidentifikasikan secara verbal kesalah
pahaman dan memberikan penjelasan
3)
Beri penguatan penjelasan faktor resiko, pembatasan
diet / aktivitas, obat, dan gejala yang memerlukan perhatian medis cepat
4)
Rasioanal : Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mencangkup informasi dan mengasumsi kontrol / partisipasi dalam program
rehabilitasi.
5)
Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik
6)
Rasional : Aktivitas ini sangat meningkatkan kerja
jantung / konsumsi oksigen miokardia, dan dapat merugikan kontraktilitas / curah
jantung
7)
Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya demam
sehubungan denga nyeri dada menyebar / tidak khas (pleural, pericardial) dan
nyeri sendi.
8)
Rasional : Memberikan tekanan bahwa ini adalah masalah
kesehatan berlanjut dimana dukungan / bantuan diperlukan setelah pulang.
4. Implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif
(Aziz, A.H., 2001)
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari
masing-masing diagnosa tersebut diatas
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap perencanaan (Aziz, A.H., 2001)
Hasil yang diharapkan dari diagnosa-diagnosa yang muncul pada pasien
Infark Miokard Akut (IMA) yaitu:
a.
Nyeri hilang / terkontrol
b.
Pertukaran gas pasien efektif
c.
Terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
d.
Ansietas berkurang atua teratasi
e.
Curah jantung dalam rentang normal
f.
Menunjukkan perfusi adekuat
g.
Mempertahankan keseimbangan cairan
h.
Menyatakan pemahaman tentang penyakit
jantung sendiri rencana pengobatan tujuan pengobatan dan efek samping / reaksi
merugikan
- KASUS
Klien Tn. Wayan, usia 45 tahun, suku bali dating ke
UGD dengan keluhan nyeri dada tiba-tiba dari bahu ke lengan kiri. Istri klien
mengatakan bahwa Tn. Wayan juga mengalami mual dan muntah. Klien tampak pucat
dan berkeringat dingin. Istri klien tampak bingung dan selalu bertanya mengenai
penyakit suaminya.
Hasil pemeriksaan TTV: RR: 28 x/menit, T: 37, N: 110, TD: 140/90
1.
Analisa data
No
|
Data
|
Interpretasi
|
Masalah
|
||||||
1.
|
Ds : pasien mengatakan nyeri dada tiba-tiba dari bahu ke
lengan kiri
Do: pasien tampak pucat, dan berkeringat dingin, terjadi
perubahan nadi dan tekanan darah.
nadi : 110
TD : 140/90
|
Supply oksigen ke miokard turun
Metabolism anaerob
Timbunan asam laktat meningkat
Nyeri
|
Nyeri
|
||||||
2.
|
Ds: pasien mengatakan nyeri dada
Do: pasien terlihat
pucat dan berkeringat dingin
RR :28 x/menit
Nadi : 110
TD : 140/90
|
Supply oksigen ke miokard turun
Seluler
hipoksia
Integritas
membrane sel berubah
Kontraktilitas turun
COP turun
Gangguan
perfusi jaringan
|
Risiko gangguan perfusi jaringan
|
||||||
3.
|
Ds : -
Do : terjadi peningkatan tanda-tanda vitas
RR : 28
x/menit
N : 110 TD : 140/90
|
Integritas membrane sel berubah
Kontraktilitas
turun
Resiko
penurunan curah jantung
|
Resiko penurunan curah jantung
|
||||||
4.
|
Ds: istri klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit
suaminya dan merasa bingung
Do : istri pasien tampak bingung
dan selalu bertanya mengenai penyakit suaminya
|
Kebutuhan
informasi tentang dampak penyakit
Akses
terhadap informasi terbatas, sumber informasi tidak akurat, salah
interpretasi terhadap informasi
Kurang
pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
2. Diagnosa
keperawatan
No
|
Tanggal ditemukan
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal teratasi
|
TTD
|
1
|
26 oktober 2012
|
Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
1. nyeri
dada dengan penyebaran ke bahu dan lengan
2. perubahan
nadi, tekanan darah
|
|
|
2
|
26 oktober 2012
|
Gangguan pefusi jaringan
berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan
pembuluh darah arteri koronaria di tandai dengan nyeri dada, TTV tidak normal
dan daerah perifer dingin
|
|
|
3
|
26 oktober 2012
|
Resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik
miokard
|
|
|
4
|
26 oktober 2012
|
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi tentang fungsi / implikasi penyakit jantung dan
status kesehatan yang akan dating, kebutuhan perubahan pola hidup ditandai
dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
komplikasi yang dapat di cegah
|
|
|
- Rencana Tindakan Keperawatan
Hari,
tgl
|
No
Dx
|
Rencana perawatan
|
TTD
|
||
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
||
Jumat,
26/10/2012
|
1
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan perawatan selama di rumah sakit dengan criteria hasil :
1.
Skala nyeri dada berkurang
2.
Ekpresi wajah rileks/tenang
3.
Nadi : 60-100 x/menit
4.
TD : 120/80 mmHg
|
Observasi karakteristik, okasi,
waktu, dan perjalanan rasa nyeri
|
Membentu membedakan penyebab
nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya
koplikasi, dan keefektifan intervensi.
|
|
Anjurkan pada klien menghentikan
aktifitas selama ada serangan dan istirahat
|
Menurunkan rangsangan eksternal
yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
|
||||
Bantu klien melakukan tehnik
relaksasi, misalnya nafas dalam, bimbingan imajinasi.
|
Membantu menurunkan
persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap
nyeri.
|
||||
Monitor tanda-tanda vital (nadi
&tekanan darah) tiap dua jam
|
Untuk mengetahui perkembangan
klien
|
||||
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol
(Visken), propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
- Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan),
diltiazem (Prokardia)
|
Nitrat mengontrol nyeri melalui
efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi
miokard.
Agen yang dapat mengontrol nyeri
melalui efek hambatan rangsang simpatis. (Kontra-indikasi: kontraksi miokard
yang buruk)
Morfin atau narkotik lain dapat
dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang
tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi
yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload
dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai
antiaritmia.
|
||||
Jumat,
26/10/2012
|
2
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3X24 jam, diharapkan gangguan perfusi jaringan berkurang /
tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan dengan criteria hasil :
a. Daerah
perifer hangat
b. Tak
sianosis
c. Gambaran
EKG tak menunjukkan perluasan infark
d. RR
: 16-24 x/menit
e. Nadi
: 16-24 x/menit
TD : 120/80 mmHg
|
1.
Monitor frekuensi dan irama jantung
2.
Observasi warna dan suhu kulit/ membrane mukosa
3.
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
4.
Pantau
pemeriksaan diagnostik, mis EKG, eliktrolit, GDA(Pa O2, Pa CO2
dan saturasi O2
5.
Kolaborasi
pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
-Heparin / Natrium
-Warfarin (Couma-din)
-Simetidin (Tagamet)
-Ranitidin (Zantac), Antasida
-Trombolitik (t-PA,
Streptokinase)
|
1.
Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
2.
Penurunan
curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi
3.
Asupan
cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang berdampak
negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
4. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
organ.
Heparin dosis rendah mungkin diberikan secara profilaksis pada klien yang
berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis.
Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.
Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat
iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan sirkulasi mukosa.
Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam
6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi
miokard.
|
|
Jumat,
26/10/2012
|
3
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3X24 jam diharapkan curah jantung membaik /stabil dengan
criteria hasil :
a.
Tidak terjadinya edema
b. Tidak
ada disritmia
c. Haluaran
urin normal
TTV dalam batas normal
|
Kaji dan pantau TTV tiap jam
Monitor haluaran urine
Kaji dan pantau EKG tiap hari
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Auskultasi bunyi napas.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah
|
Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,
hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin
dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi
Untuk mengetahui perkembangan klien
Untuk mengantisipasi jika terjadi sesak
Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan
fungsi miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia
|
|
Jumat,
26/10/2012
|
3
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3X24 jam diharapkan curah jantung membaik /stabil dengan
criteria hasil :
d. Tidak
terjadinya edema
e. Tidak
ada disritmia
f. Haluaran
urin normal
g. TTV
dalam batas normal
|
Kaji dan pantau TTV tiap jam
|
Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,
hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin
dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
|
|
Monitor haluaran urine
|
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi
|
||||
Kaji dan pantau EKG tiap hari
|
Untuk mengetahui perkembangan klien
|
||||
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
|
Untuk mengantisipasi jika terjadi sesak
|
||||
Auskultasi bunyi napas.
|
Krekels
menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
|
||||
Berikan
makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
|
Makan dalam
volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal
yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
|
Jumat,
26/10/2012
|
4
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3X24 jam diharapkan pengetahuan klien dan keluarga klien
tentang kondisi penyakitnya menguat setelah di beri pendidikan sekehatan di
rumah sakit dengan criteria hasil:
h. Menyatakan
pemahaman tentang penyakit jantung, rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan
efek samping/ reaksi merugikan
i. Menyebutkan
gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
|
Kaji tingkat pengetahuan pasien /
orang terdekat
|
Mengidentifikasikan secara verbal
kesalah pahaman dan memberikan penjelasan
|
|
Beri penguatan
penjelasan faktor resiko, pembatasan diet / aktivitas, obat, dan gejala yang
memerlukan perhatian medis cepat
|
Memberikan kesempatan pada pasien
untuk mencangkup informasi dan mengasumsi kontrol / partisipasi dalam program
rehabilitasi
|
||||
Peringatkan untuk menghindari aktivitas
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan
di atas kepala.
|
Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan
kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu
serangan ulang.
|
||||
Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap
(Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang)
|
Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah
aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi
kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal
|
- Implementasi Keperawatan
Menyesuaikan
dengan intervensi di atas, sesuai dengan pelayanan kesehatan yang kita berikan
pada klien.
- Evaluasi
No
|
Tanggal
|
No Dx
|
Evaluasi
|
TTD
|
1
2
3
4
|
29 oktober 2012
29 oktober 2012
29 oktober 2012
29 oktober 2012
|
1
2
3
4
|
S : klien melaporkan nyeri
berkurang
O : klien terlihat lebih rileks, jarang melindungi nyeri
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S :klien mengatakan sudah lebih baik dari sebelumnya
O : tidak sianosis, RR : 16 – 24
x/menit, nadi : 60-100 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : klien mengatakan sudah
membaik
O : tidak terdapat edema,
haluaran urine normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
S : klien mengatakan sudah
mengerti tentang penyakitnya
O : klien dan kluarga mampu
mengulang kembali tentang penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : intervensi tidak dilanjutkan
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang.
2.
Etiologi IMA: Suplai oksigen ke miocard berkurang, curah
jantung yang meningkat, kebutuhan oksigen miocard meningkat
3.
Faktor predisposisi: resiko biologis yang tidak dapat
diubah: Usia, jenis kelamin, hereditas. Faktor
resiko yang dapat diubah: hipertensi, inaktifitas
fisik
4.
Tanda dan gejala infark miokard: nyeri dada yang
terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan , yeri sering disertai dengan sesak
nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan
mual muntah. Pemeriksaan lab: LDH/HBDH: Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal, CPK-MB/CPK : Isoenzim yang
ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam, AST/SGOT: Meningkat. Perubahan EKG yang terjadi pada fase
awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.
5.
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh
darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan
total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis
yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan
stenosis ringan.
B.
SARAN
Penyakit IMA adalah penyakit koroner yang dapat menyerang siapa saja,
oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan
yang lebih fektif untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat agar dapat
mencegah meningkatnya kasus IMA.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Brunner and Sudarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta : EGC
2.
Heni Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler,
Edisi Pertama Jakarta, Bidang Diklat
Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002
3.
Herdmen, T. Heather. 2012. DiagnosisnKeperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
4.
Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan
Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang
PSIK Magelang, 2002
5.
Marilynn E Doengoes. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
6.
Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan,
Jakarta, EGC, 2002
Komentar
Posting Komentar