ASKEP GAGAL NAPAS
ASUHAN KEPERARAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA GAGAL NAPAS AKUT
A.
PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Secara umum klien perlu dikaji dari identitas dan tentang
gambaran secara menyeluruh dari kondisi klien, baik sebelum dan saat pengkajian
atau sebelum menderita penyakit tersebut. Pengkajian mengenai gambaran umum
dapat dilakukan dengan menganalisa dan bertanya apakah klien tersebut tampak
takut, mengalami sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran bernapas
karena keadaan tersebut mungkin dapat membahayakan jiwa klien.
Perlu
diperhatikan juga, apakah klien berubah menjadi sensitive dan cepat marah (
irritability), tampak bingung (confusion), atau mengantuk (somnolent). Yang
tidak kalah penting ialah kemampuan orientasi klien akan tempat dan waktu. Hal
ini perlu diperhatikan karena gangguan fungsi paru akut dan berat sering
direfleksikan dalam bentuk perubahan status mental. Selain itu, gangguan
kesadaran sering pula dihubungkan dengan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidemia
karena gas beracun.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kesulitan bernapas tampak dalam perubahan
irama dan frekuensi pernapasan. Jika seseorang bernapas lambat dan dangkal, itu
menunjukkan adanya depresi pusat pernapasan. Penyakit akut paru sering
menunjukkan frekuensi pernapasan lebih dari 20x / menit atau karena penyakit
sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolic seperti
diabetes melitus.
Adanya tanda sianosis masih sukar
ditentukan, bila saturasiu oksigen darah arteri belum dibawah 80% atau bila
tekanan parsial oksigen darah arteri dibawah 50 mmHg. Sianosis tipe sentral
dapat dilihat dari perubahan warna mukosa yang semula kemerahan menjadi
kebiruan terutama pada mukosa pipi, bawah lidah, dan bibir sebelah dalam.
Sianosis tipe sentral baru timbul bila didapatkan reduced Hb paling sedikit 5
gram / 100 ml, dan pada anemia berat, sianosis sukar ditentukan. Sianosis tipe
perifer terjadi karena sirkulasi darah buruk serta hasil output yang rendah,
ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kuku disertai akral dingin.
Pengkajian perubahan status mental penting
dilakukan perawat karena merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan
pertukaran gas. Penting untuk diperhatikan, simetris hemithoraks (simetris atau
tidak) pada saat bergerak maupun saat diam. Trakea berada di tengah ataukah mengalami deviasi
dan kearah mana deviasinya. Pada keadaan normal, trakea terletak di tengah.
Bila terjadi deviasi, berarti ada pendorongan atau penarikan yang disebabkan
suatu proses di paru.
Hemithoraks asimetris mungkin disebabkan
oleh hidrothoraks, pneumothoraks, atau mungkin karena telah terjadi
hiperinflasi regional. Hemithoraks asimetris dapat pula disebabkan oleh
atelektasis sehingga volume paru berkurang atau mengalami fibrosis regional.
Perawat harus memerhatikan gerakan otot saat respirasi. Apakah otot pernapasan
sekunder ikut aktif bekerja dan adakah tanda-tanda kelelahan dari otot
pernapasan.
b.
Palpasi
Perawat harus memerhatikan adanya pelebaran
ICS dan penurunan taktil fremitus yang menjadi penyebab utama gagal napas.
c. Perkusi
Perkusi yang dilakukan oleh perawat dengan
cermat dan seksama membuatnya dapat menemukan daerah redup-daerah dengan suara
napas melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi pleura yang cukup
banyak, hipersonor, bila didapatkan pneumothoraks atau emfisema paru.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah
ada bunyi napas tambahan seperti wheezing dan ronkhi serta untuk menentukan
dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan yang ada.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kerusakan
pertukaran gas dapat dihubungkan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi,
kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveolar kemungkinan ditandai dengan
takipnea, penggunaan otot aksesori, sianosis.
2.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk efektif
kemungkinan dibuktikan oleh laporan dispnea, perubahan kedalaman/ frekuensi
pernapasan, penggunaan otot aksesori untuk bernapas, ansietas.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai O2 ditandai
dengan laporan pasien merasa pusing, pasien merasa lemah dan lemas.
4.
Cemas
berhubungan dengan kondisi kesehatan dan ketidaktahuan akan prognosis ditandai
dengan pasien nampak gelisah.
5.
Kurangnya
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi informasi ditandai
dengan permintaan informasi, pernyataan masalah.
- RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama… x … jam, diharapkan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dengan criteria hasil pasien mampu
menunjukkan :
−
Bunyi paru bersih
−
Warna kulit normal
−
Gas - gas darah dalam batas normal untuk usia
yang diperkirakan
|
-
Observasi frekuensi, kedalaman, kemudahan
bernapas.
-
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien
untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.
-
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan
area udara dan atau bunyi tambahan
-
Awasi tingkat kesadaran atau status mental.
Selidiki adanya perubahan.
-
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan
tenang, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur / istirahat.
|
-
berguna dalam evaluasi derajat distress
perrnapasan dan atau kronisnya proses penyakit.
-
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,
dispnea, dan kerja napas.
-
Bunyi napas mungkin redup karena penuirunan
aliran udara atau area konsolidasi.adanaya mengi mengindikasikan spasme
bronkus / tertahanya secret. Krekels basah menyebar menunjukan cairan pada
interstisial / dekonpensasi jantung.
-
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum
pada hipoksia. GDA memuruk disertai bingung / somnolen menunjukan disfungsi
serebrsl yang berhubungan dengan hipoksemia.
-
Selama distress pernapasan berat / akut /
refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih
penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk
meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan
dapat meningkatkan rasa sehat.
|
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk efektif
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama… x … jam, diharapkan pasien dapat
menunjukkan jalan napas efektif, bunyi napas bersih, tidah ada dipsnea
|
-
auskultasi bunyi napas. Catat adanay bunyi napas, mis : mengi,
krekel, ronki.
-
Pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi / ekspirasi
-
Observasi pasien untuk posisi yang nyaman, mis : peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
-
Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis :
debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
-
Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.
|
-
beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
dan dapat / tak dimanifestasikan adanaya bunyi napas adventisius, mis :
penyebaran, krekel basah ( bronchitis ), bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengi ( empisema ) ; atau tak adanya bunyi napas ( asma berat )
-
takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres / adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
-
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun pasien dengan distres
berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sekongan tangan / kaki
dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
-
Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
-
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea menurunkan jebakan udara.
|
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai O2
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama… x … jam, diharapkan pasien mampu
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil:
-
tidak adanya kelemahan berlebihan
-
tidak ada dipsnea
-
TTV dalam rentang normal
|
-
evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea,
peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas
-
jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
-
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk
istirahat dan tidur.
-
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
|
-
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
-
Tirah baring dipertahankan selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap
aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
-
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,
tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal.
-
Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
|
4. Cemas berhubungan dengan kondisi kesehatan
dan ketidaktahuan akan prognosis.
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama… x … jam, diharapkan ansietas pasien
hilang / menurun sampai batas yang bisa ditangani dengan kriteria hasil:
-
penampilan rileks
- dapat
istirahat tidur dengan tepat
|
-
observasi peningkatan kegagalan
pernapasan, agitasi, gelisah, emosi
labil.
-
Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit
rangsang. Jadwalkan perawatan dan prosedur untuk memberikan periode istirahat
tak terganggu.
-
Tunjukan / bantu dengan teknik relaksasi,
meditasi, bimbingan imaginasi.
-
Identifikasi persepsi pasien terhadap ancaman
yang ada oleh situasi.
-
Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan
perasaan
|
-
memburuknya hipoksemia dapat menyebabkan /
meningkatkan ansietas.
-
Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan
energi.
-
Memberikan kesempatan untuk pasien menangani
ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
-
Membantu pengenalan ansietas / takut dan
mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
-
Langkah awal dalam mengatsi perasaan adalah
terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan
kemampuan diri untuk mengatasi.
|
5. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan /
mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama… x … jam, pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dengan
kriteria :
−
Klien dengan benar melakukan prosedur yang
perlu dan menjelaskan rasional tindakan
−
melakukan perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
|
-
Jelaskan proses penyakit individu
-
Instruksikan untuk latihan napas, batuk
efektif, dan latihan kondisi umum.
-
Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan
reaksi yang tak diinginkan.
|
-
Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
-
Napas bibir dan diapragma menguatkan otot
pernapasan dan mengontrol dipsnea.
-
Penting bagi pasien memahami perbedaan antara
efek samping menggangu dan merugikan.
|
2. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan intervensi.
3. EVALUASI
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
|
pasien
dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
|
2. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk
efektif
|
pasien
dapat menunjukkan jalan napas efektif, bunyi napas bersih, tidah ada dipsnea
|
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai O2
|
pasien mampu
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
|
4. Cemas
berhubungan dengan kondisi kesehatan dan ketidaktahuan akan prognosis.
|
ansietas pasien
hilang / menurun sampai batas yang bisa ditangani
|
5. Kurangnya
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
|
pasien mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit, klien dengan benar melakukan prosedur yang perlu
dan menjelaskan rasional tindakan, melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
and Sudarth. 2001. Keperawatan
Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta : EGC
Marilynn
E Doengoes. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC
Herdmen,
T. Heather. 2012. DiagnosisnKeperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Komentar
Posting Komentar